Da'wah ini tidak mengenal sikap ganda ia hanya mengenal satu sikap TOTALITAS. Siapa yang bersedia untuk itu maka ia harus hidup bersama da'wah dan da'wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah dalam memikul beban ini ia terhalang dari pahala besar mujahid dan tinggal bersama orang-orang duduk. Lalu Allah SWT akan menggantikan mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan sanggup memikul beban dakwah ini

Senin, 23 November 2009

0 komentar

Karakteristik Kader Pilihan


Ikhwah fillah rahimakumullah,
Dakwah yang efektif, semakin lama ia dikumandangkan semakin luas pula pengaruhnya. Gerakan dakwah yang efektif –dengan demikian- semakin tua usianya, semakin dewasa dalam menyikapi tantangan-tantangan yang dihadapinya sekaligus semakin banyak pendukungnya. Ini bisa diibaratkan dengan pohon kebaikan yang memiliki akar yang kokoh, pohonnya tinggi menjulang, dan buah-buahnya bisa dinikmati oleh umat manusia.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. Ibrahim : 24-25)

Untuk menjadi gerakan dakwah yang efektif, dibutuhkan prasyarat yang tidak ringan. Di samping manhaj yang jelas dan pemimpin yang handal, ia juga membutuhkan kader-kader pilihan. Kader-kader pilihan yang menjadi prasyarat ketiga ini setidaknya memiliki lima karakter (خصائص الرجال الخيارية) sebagai berikut :


Membangun Ruh Kegairahan (بناء روح القيرة)

Ikhwatal iman,
Kader-kader pilihan adalah mereka yang senantiasa membangun ruh kegairahan; sehingga tertanam ghirah (semangat, gairah) dalam setiap aktifitasnya. Maka, setiap kali mengemban suatu amanah dakwah, kader itu dengan rasa ikhlas dan penuh antusias melakukannya. Dalam setiap aktifitas tarbawi ia selalu 'menikmati' bukan terbebani.

Pasca perhelatan siyasi 2009, ruh kegairahan ini mutlak diperlukan. Tahun pertama dalam siklus perjuangan dakwah berarti tahun pembinaan; hari-hari di mana kita konsentrasi dalam aktifitas tarbawi, menguatkan kembali halaqah, tatsqif, daurah, dan sebagainya. Di samping untuk kader-kader yang telah bergabung sejak lama, waktu kita sekarang juga harus dimanfaatkan untuk melayani konstituen dengan memberikan hak tarbiyah pada mereka. Ini semua membutuhkan ruh kegairahan kader.

Yang lebih penting lagi, di penghujung mihwar muassasi ini kader-kader dakwah harus lebih bersemangat dan bergairah dalam beribadah kepada Allah SWT. Untuk apakah dakwah kita selama ini jika bukan untuk menggapai ridho-Nya? Apakah kebaikan yang akan kita dapatkan jika kita sendiri telah kehilangan ruh semangat dan kegairahan bertaqarrub kepada Allah Azza wa Jalla?

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) [آل عمران/139، 140]

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran : 139-140)

Membangkitkan Semangat Inisiatif (تشجيع المبادرة)

Ikhwah fillah hafidzakumullah,
Tidak semua rencana kita bisa berjalan 100%. Tidak semua yang terjadi dan dilalui dakwah sesuai dengan langkah-langkah yang telah diprediksi sebelumnya. Tidak semua antisipasi jamaah mampu meng-cover segala yang datang di masa mendatang. Karenanya, semangat inisiatif mutlak diperlukan. Dan ini perlu dilatih untuk bisa dimiliki oleh kader-kader dakwah.

Terlebih saat dakwah kita telah bersentuhan langsung dengan ranah politik. Dinamika perpolitikan yang tidak terduga kerap terjadi. Tidak mungkin semuanya bisa diprediksi secara tepat dan disiapkan langkah menghadapinya step by step. Tanpa kemampuan inisiasi, kader-kader dakwah kita akan gagap setiap menghadapi masalah baru dan hal-hal di luar dugaan. Inilah mengapa setiap kader dakwah, juga harus menyediakan ruang ketidakterdugaan dalam dirinya.

Inisiatif ini tidak hanya diperlukan dalam konteks amal siyasi. Dalam setiap amanah dakwah yang diemban kader, sering kali ada tuntutan untuk melakukan inisiasi. Misalnya ketika seorang kader dimanahi sebagai panitia daurah sementara muwajjih yang sudah tiba jadwalnya belum juga datang. Jika tidak memiliki inisiatif, peserta bisa bosan karena dibiarkan tanpa kegiatan. Itu memerlukan inisiatif kader untuk memanfaatkan waktu tersebut atau mengganti muwajjih jika memang berhalangan tetap. Demikian pula dalam aktifitas halaqah; jika murabbi tidak juga datang sementara hp-nya tidak bisa dihubungi, perlu inisiatif para mutarabbi untuk memulai halaqah dengan barnamaij yang telah disepakati bersama. Demikian juga jika dalam sebuah struktur ketua bidang tidak juga mau mengaktifkan syura dan programnya, staf-nya perlu mengambil inisiatif untuk mendorongnya agar syura dan program-program diaktifkan kembali.

Ikhwah fillah,
Inisiatif ini harus dimiliki oleh kader dakwah. Sudah bukan saatnya lagi kader dakwah diam menunggu ta'limat lalu waktunya berlalu begitu saja, tanpa ada manfaat bagi umat. Inisiatif harus dikembangkan; selama tidak bertentangan dengan syariat dan tsawabit dalam jamaah serta berbasis maslahat.

Lihatlah betapa dakwah menuai banyak manfaat dari inisiatif kader-kadernya. Saat Perang Badar, Habab bin Al-Mundzir mengambil inisiatif dan menyampaikannya kepada Rasulullah agar pasukan Islam mengambil posisi di dekat mata air badar. Inisiatif ini membawa kontribusi bagi kemenangan perang badar! Pun saat Perang Ahzab, Salman Al Farisi mengambil inisiatif dan mengusulkannya kepada Rasulullah agar membuat khandaq (parit). Perang ini pun dimenangkan oleh umat Islam dan ia dikenal dengan Perang Khandaq.

Inisiatif merupakan satu langkah maju dalam rangka i'daadul quwwah; menyiapkan dan membangun kekuatan Islam.

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ [الأنفال/60]

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. (QS. Al-Anfal : 60)

Membangun Jiwa Tanggung Jawab (بناء روح المسؤولية)

Ikhwah fiddin yahdiikumullah,
Kader-kader pilihan adalah mereka yang juga membangun jiwa tanggung jawab dalam dirinya. Kader sejati bukanlah mereka yang selalu menghindari amanah; dan pada saat yang sama juga tidak berambisi mengemban amanah! Sikap pertengahan yang harus diambil; siap menjalankan segala amanah, siap melaksanakan setiap tanggungjawab yang dipercayakan jamaah.

Mihwar daulah yang sebentar lagi kita masuki membutuhkan banyak kader-kader dakwah yang teruji kepemimpinan dan tanggungjawabnya di segala ranah kehidupan. Dakwah membutuhkan kader-kader yang siap mengemban tanggungjawab di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun dakwah juga tidak boleh kekurangan kader yang berperan memikul tanggung jawab pada amal thulabi, amal niqabi, dan amal mihani. Semua kader, tidak boleh tidak, harus mau dan mampu mengambil tanggung jawab sesuai kapasitasnya. Tapi semuanya harus terlibat dalam tanggungjawab menolong agama Allah, sebagaimana para hawariyyin telah mengambil tanggungjawab itu dan mendeklarasikannya di hadapan Nabi dan qiyadah mereka; Isa Al-Masih.

فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ [آل عمران/52]

Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS. Ali Imran : 52)


Membangun Semangat Pengorbanan (بناء روح البذل والتضحية)

Ikhwah fillah,
Karakter lain yang harus ada pada kader-kader pilihan adalah semangat berkorban (At-Tadhiyyah). Perjuangan dakwah pasti membutuhkan pengorbanan. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Pengorbanan itu bisa berupa pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawa. Sementara perjuangan tertinggi –jihad fii sabiilillah- mengharuskan kombinasi pengorbanan semua hal itu.

Jika dalam mengarungi dakwah ini kita belum berkurban, maka peran kita dalam dakwah perlu dipertanyakan. Bahkan, pengorbanan (at-tadhiyah) merupakan salah satu rukun baiat (arkanul baiat) yang disyaratkan Hasan Al-Banna bagi kader-kader dakwah. Tentu saja, pengorbanan yang diterima Allah SWT adalah pengorbanan yang ikhlas, dari hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ [المائدة/27]

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al-Maidah : 27)

Pengorbanan di jalan dakwah merupakan konsekuensi perjuangan Islam. Dan jika dengan keikhlasan kader dakwah mengorbankan diri dan hartanya, inilah transaksi yang akan dibeli Allah dengan surga-Nya.

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة/111]

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)

Meningkatkan Potensi Diri (ترقية الطاقة الذاتية)

Karakter kelima bagi kader-kader pilihan adalah meningkatkan potensi diri (Tarqiyyah Ath-Thaqah Adz-Dzaatiyah). Setiap ikhwah –sebagaimana manusia umumnya- adalah pribadi yang unik. Masing-masing memiliki potensi yang tidak seragam. Ada yang potensinya pada seni. Ada yang potensinya terletak pada bidang komunikasi. Ada yang potensinya pada bidang teknik, ekonomi, dan sebagainya. Potensi-potensi ini harus dikembangkan. Kalaupun saat ini baru disadari potensinya tidak sesuai dengan profesi yang digeluti, ia bukan halangan untuk dikembangkan.

Karenanya dalam trabiyah sering terjadi perputaran amanah, restrukturisasi, dan sebagainya. Sebenarnya, selain menyegarkan semangat dan menguatkan ketaatan pada jamaah dan qiyadah, proses itu juga dibutuhkan untuk mengetahui potensi ikhwah. Jangan-jangan ada potensi tersembunyi yang selama ini tidak pernah tersentuh. Karenanya kita dapatkan, seseorang yang kurang berhasil sebagai bendahara, berkembang sangat cepat justru setelah ia ditunjuk sebagai ketua. Ternyata potensinya adalah memimpin orang; bukan mengatur uang! Demikian pula banyak orator handal yang kita temukan dalam jamaah dakwah ini saat mereka ditunjuk secara tiba-tiba menggantikan orator yang berhalangan.

Jangan sampai kita mengulangi kesalahan penduduk Madyan yang memiliki potensi kebaikan, namun ia terpendam dan tidak pernah dikembangkan.

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ [هود/84]

Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (QS. Huud : 84)

Semoga kita mampu menumbuhkan lima karakter kader pilihan dalam diri kita sehingga langkah kita semakin mantap dalam menyambut mihwar daulah, dan hanya kepada Allah kita mengharapkan rahmat, taufiq, dan hidayah. Wallaahu a'lam bish shawab. [sumber: E-Book Taujih Pekanan Menuju Mihwar Dauli]

0 komentar

Persatuan Islam Suatu Kemestian

Ada ciri khas yang menonjol dari umat Islam. Mereka adalah umat tauhid dan satu kesatuan. Sejarah telah memperlihatkan dengan jelas bahwa umat Islam tidak akan dapat bersatu kecuali saat mereka berpegang teguh pada akidah tauhid yang benar. Sebesar penyimpangan mereka terhadap ajaran tauhid yang benar, sebesar itu pula yang membuat umat ini berpecah-belah.

Al-Qur’an telah menggambarkan ikatan tauhid dengan kesatuan pada beberapa ayat: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 92). “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu’minun: 52)

Al-Qur’an selalu mengingatkan umat Islam tentang hakikat mereka sebagai umat yang satu. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imran: 103)

Al-Qur’an melarang dengan keras perpecahan dan perbedaan. “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 105)

Allah mengingatkan orang-orang yang beriman tentang orang-orang kafir yang berpecah belah, dan anjuran agar tidak mengikuti mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Al-An’aam: 159) “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Ruum: 31-32)

Allah mengingatkan dan menegaskan tentang jalan orang-orang yang keluar dari agama Allah. “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Al-Maaidah: 91)

Tidak sedikit orang-orang — dari luar maupun dari dalam– yang menghalangi umat Islam untuk bersatu baik. Dari dalam, orang-orang munafik berusaha sekuat tenaga untuk memecah belah orang beriman dengan memunculkan permusuhan dan perpecahan. “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang. orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).” (At-Taubah: 107)

“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 4)

Begitulah syiar orang-orang kafir sejak dulu. Mereka dengan cara dan media yang dimiliki berusaha mengacaukan dan memecah belah umat Islam sebelum mencapai tujuan akhir mereka: menguasai orang-orang beriman.

Ukhuwah Islam

Melalui syariat, akhlaq, dan muamalah, Islam mengokohkan ikatan ukhuwah pemeluknya. Sehingga lima rukun Islam semuanya memiliki nuansa persatuan Islam dan ukhuwah imaniyah. Kaum muslimin di manapun ia berada pasti akan tunduk sepenuhnya kepada syariat dan ajaran Tuhan Yang Satu. “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)

Umat Islam juga tunduk kepada ajaran kesatuan politik dan ketaatan kepada Tuhan Yang Satu, Rasul teladan yang satu, dan pemimpin mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisaa’: 59)

Islam mengajarkan semua umatnya untuk bangkit melawan musuh-musuhnya, sehingga jihad menjadi fardu ‘ain bila negeri Islam diserang musuh. “Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 36). “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 193)

Menolong orang-orang yang tertindas adalah kewajiban umat Islam yang mampu bertindak dan menolong mereka. “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (An-Nisaa’: 75). “Mereka berkata, ‘Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.’ Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Al-Munaafiquun: 8)

Karena itu, Islam meletakkan kaidah-kaidah akhlak dan iman untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ukhuwah Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, serta meninggalkan kerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang mereka dan kelembutan mereka seperti tubuh yang satu. Apabila bagian tubuh yang satu mengeluh kesakitan, maka seluruh tubuhnya merasakan demam dan tidak bisa tidur.”

Islam memerintahkan orang beriman untuk mendamaikan dua orang saudaranya yang sedang sengketa. “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)

Islam juga menetapkan beberapa kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Janganlah seorang muslim menzhalimi saudaranya dan janganlah seorang muslim membiarkan, tidak menolong saudaranya. Barangsiapa yang membantu menuntaskan keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya. Barang siapa yang melapangkan kesempitan saudaranya, maka Allah akan melapangkan satu kesulitannya nanti hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.”

Rasulullah juga bersabda, “Hak seorang muslim kepada muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang bersin.”

Untuk tujuan ukhuwah Islam, Islam melarang segala yang dapat merusak ukhuwah. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian saling hasad dan jangan pula saling mencari-cari kesalahan serta janganlah kalian saling membenci dan saling menjauhi. Janganlah seorang muslim membeli barang yang telah ditawar saudaranya. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk hanya lantaran ia mengejek saudaranya sesama muslim. Seorang muslim atas muslim lainnya itu terpelihara nyawanya, hartanya, dan kehormatannya.”

Jika terlihat di antara dua orang muslim saling berbuat zhalim, maka umat Islam dituntut untuk mengembalikan haknya dan mencegahnya sesuai dengan syariat Islam yang mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran: 104)

Menjalankan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar merupakan rahasia keutamaan umat ini. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik..” (Ali ‘Imran: 110)

Ukhuwah Syarat Mendapat Kekuasaan

Sesungguhnya merealisasikan ukhuwah merupakan syarat tercapainya kemenangan Islam. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaaff: 4)

Jika ukhuwah sudah tidak ada dan iman sudah lemah, maka akan datang kekalahan. “Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan seizin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 152)

Belajar Dari Sejarah

Ketika dahulu umat Islam adalah umat yang satu, Islam memimpin dunia dengan keadilan selama sekian abad. Jika kita teliti masa-masa kemenangan Islam, maka akan kita temukan bahwa semuanya itu tergantung kepada terealisirnya kesatuan umat. Kemenangan dalam peperangan di masa Rasulullah saw, maupun masa-masa penaklukan pasukan Islam ke hampir penjuru dunia, adalah buah dari kuatnya persatuan umat. Namun ketika ukhuwah melemah, kita dapat lihat reaksi pasukan Islam menghadapi serangan musuh-musuh Islam. Misalnya ketika Palestina dan Mesjid Al-Aqsha jatuh ke tangan pasukan Salib atau saat Baghdad dikuasai pasukan Tartar. Ketika kesatuan dan persatuan Islam lemah, lemah pula kekuatan umat Islam di hadapan musuh-musuhnya.

Musuh-musuh Islam telah cermat mengamati sumber kekuatan umat Islam Karena itu fokus sasaran serangan mereka kepada umat Islam adalah melemahkan ikatan ukhuwah pada diri umat Islam dengan berbagai sarana yang mereka miliki. Dan kesatuan politik umat Islam telah tercerabut bersamaan dengan jatuhnya Kekhalifahan Utsmani di Turki. Sejak itu negara-negara Barat menjajah dan menjarah negeri-negeri Islam.

Jadi, persatuan Islam bukanlah teori. Ini adalah dasar wawasan pemahaman Islam. Pandangan kita tentang Islam tidaklah benar jika tidak memahami konsep ukhuwah dalam Islam. Jika kita ingin kondisi umat Islam berubah menjadi baik, merealisasikan ukhuwah adalah tuntutan yang tidak bisa tidak mesti diaplikasikan oleh seluruh elemen umat Islam.

Tidak ada senjata yang ampuh untuk menghadapi kepungan kekuatan musuh, kecuali kesolidan umat Islam. Persatuan umat adalah sebuah jawaban.

 

simkuring

Foto saya
orang biasa yang mempunyai mimpi luar biasa

barudak