Al-Qur’an telah menggambarkan ikatan tauhid dengan kesatuan pada beberapa ayat: “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 92). “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al-Mu’minun: 52)
Al-Qur’an selalu mengingatkan umat Islam tentang hakikat mereka sebagai umat yang satu. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Ali ‘Imran: 103)
Al-Qur’an melarang dengan keras perpecahan dan perbedaan. “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Ali ‘Imran: 105)
Allah mengingatkan orang-orang yang beriman tentang orang-orang kafir yang berpecah belah, dan anjuran agar tidak mengikuti mereka. “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (Al-An’aam: 159) “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (Ar-Ruum: 31-32)
Allah mengingatkan dan menegaskan tentang jalan orang-orang yang keluar dari agama Allah. “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Al-Maaidah: 91)
Tidak sedikit orang-orang — dari luar maupun dari dalam– yang menghalangi umat Islam untuk bersatu baik. Dari dalam, orang-orang munafik berusaha sekuat tenaga untuk memecah belah orang beriman dengan memunculkan permusuhan dan perpecahan. “Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang. orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudaratan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah, ‘Kami tidak menghendaki selain kebaikan.’ Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).” (At-Taubah: 107)
“Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Firaun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 4)
Begitulah syiar orang-orang kafir sejak dulu. Mereka dengan cara dan media yang dimiliki berusaha mengacaukan dan memecah belah umat Islam sebelum mencapai tujuan akhir mereka: menguasai orang-orang beriman.
Ukhuwah Islam
Melalui syariat, akhlaq, dan muamalah, Islam mengokohkan ikatan ukhuwah pemeluknya. Sehingga lima rukun Islam semuanya memiliki nuansa persatuan Islam dan ukhuwah imaniyah. Kaum muslimin di manapun ia berada pasti akan tunduk sepenuhnya kepada syariat dan ajaran Tuhan Yang Satu. “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)
Umat Islam juga tunduk kepada ajaran kesatuan politik dan ketaatan kepada Tuhan Yang Satu, Rasul teladan yang satu, dan pemimpin mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisaa’: 59)
Islam mengajarkan semua umatnya untuk bangkit melawan musuh-musuhnya, sehingga jihad menjadi fardu ‘ain bila negeri Islam diserang musuh. “Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (At-Taubah: 36). “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 193)
Menolong orang-orang yang tertindas adalah kewajiban umat Islam yang mampu bertindak dan menolong mereka. “Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau.” (An-Nisaa’: 75). “Mereka berkata, ‘Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.’ Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.” (Al-Munaafiquun: 8)
Karena itu, Islam meletakkan kaidah-kaidah akhlak dan iman untuk menjaga kemurnian dan keutuhan ukhuwah Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, serta meninggalkan kerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang mereka dan kelembutan mereka seperti tubuh yang satu. Apabila bagian tubuh yang satu mengeluh kesakitan, maka seluruh tubuhnya merasakan demam dan tidak bisa tidur.”
Islam memerintahkan orang beriman untuk mendamaikan dua orang saudaranya yang sedang sengketa. “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-Hujurat: 10)
Islam juga menetapkan beberapa kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya. Rasulullah saw. bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Janganlah seorang muslim menzhalimi saudaranya dan janganlah seorang muslim membiarkan, tidak menolong saudaranya. Barangsiapa yang membantu menuntaskan keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya. Barang siapa yang melapangkan kesempitan saudaranya, maka Allah akan melapangkan satu kesulitannya nanti hari kiamat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.”
Rasulullah juga bersabda, “Hak seorang muslim kepada muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang bersin.”
Untuk tujuan ukhuwah Islam, Islam melarang segala yang dapat merusak ukhuwah. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian saling hasad dan jangan pula saling mencari-cari kesalahan serta janganlah kalian saling membenci dan saling menjauhi. Janganlah seorang muslim membeli barang yang telah ditawar saudaranya. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk hanya lantaran ia mengejek saudaranya sesama muslim. Seorang muslim atas muslim lainnya itu terpelihara nyawanya, hartanya, dan kehormatannya.”
Jika terlihat di antara dua orang muslim saling berbuat zhalim, maka umat Islam dituntut untuk mengembalikan haknya dan mencegahnya sesuai dengan syariat Islam yang mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran: 104)
Menjalankan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar merupakan rahasia keutamaan umat ini. “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik..” (Ali ‘Imran: 110)
Ukhuwah Syarat Mendapat Kekuasaan
Sesungguhnya merealisasikan ukhuwah merupakan syarat tercapainya kemenangan Islam. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaaff: 4)
Jika ukhuwah sudah tidak ada dan iman sudah lemah, maka akan datang kekalahan. “Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan seizin-Nya sampai pada saat kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan di antara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu; dan sesungguhnya Allah telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang-orang yang beriman.” (Ali ‘Imran: 152)
Belajar Dari Sejarah
Ketika dahulu umat Islam adalah umat yang satu, Islam memimpin dunia dengan keadilan selama sekian abad. Jika kita teliti masa-masa kemenangan Islam, maka akan kita temukan bahwa semuanya itu tergantung kepada terealisirnya kesatuan umat. Kemenangan dalam peperangan di masa Rasulullah saw, maupun masa-masa penaklukan pasukan Islam ke hampir penjuru dunia, adalah buah dari kuatnya persatuan umat. Namun ketika ukhuwah melemah, kita dapat lihat reaksi pasukan Islam menghadapi serangan musuh-musuh Islam. Misalnya ketika Palestina dan Mesjid Al-Aqsha jatuh ke tangan pasukan Salib atau saat Baghdad dikuasai pasukan Tartar. Ketika kesatuan dan persatuan Islam lemah, lemah pula kekuatan umat Islam di hadapan musuh-musuhnya.
Musuh-musuh Islam telah cermat mengamati sumber kekuatan umat Islam Karena itu fokus sasaran serangan mereka kepada umat Islam adalah melemahkan ikatan ukhuwah pada diri umat Islam dengan berbagai sarana yang mereka miliki. Dan kesatuan politik umat Islam telah tercerabut bersamaan dengan jatuhnya Kekhalifahan Utsmani di Turki. Sejak itu negara-negara Barat menjajah dan menjarah negeri-negeri Islam.
Jadi, persatuan Islam bukanlah teori. Ini adalah dasar wawasan pemahaman Islam. Pandangan kita tentang Islam tidaklah benar jika tidak memahami konsep ukhuwah dalam Islam. Jika kita ingin kondisi umat Islam berubah menjadi baik, merealisasikan ukhuwah adalah tuntutan yang tidak bisa tidak mesti diaplikasikan oleh seluruh elemen umat Islam.
Tidak ada senjata yang ampuh untuk menghadapi kepungan kekuatan musuh, kecuali kesolidan umat Islam. Persatuan umat adalah sebuah jawaban.
0 komentar:
Posting Komentar