Ikhwah fillah rahimakumullah,
Dakwah yang efektif, semakin lama ia dikumandangkan semakin luas pula pengaruhnya. Gerakan dakwah yang efektif –dengan demikian- semakin tua usianya, semakin dewasa dalam menyikapi tantangan-tantangan yang dihadapinya sekaligus semakin banyak pendukungnya. Ini bisa diibaratkan dengan pohon kebaikan yang memiliki akar yang kokoh, pohonnya tinggi menjulang, dan buah-buahnya bisa dinikmati oleh umat manusia.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25)
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. Ibrahim : 24-25)
Untuk menjadi gerakan dakwah yang efektif, dibutuhkan prasyarat yang tidak ringan. Di samping manhaj yang jelas dan pemimpin yang handal, ia juga membutuhkan kader-kader pilihan. Kader-kader pilihan yang menjadi prasyarat ketiga ini setidaknya memiliki lima karakter (خصائص الرجال الخيارية) sebagai berikut :
Membangun Ruh Kegairahan (بناء روح القيرة)
Ikhwatal iman,
Kader-kader pilihan adalah mereka yang senantiasa membangun ruh kegairahan; sehingga tertanam ghirah (semangat, gairah) dalam setiap aktifitasnya. Maka, setiap kali mengemban suatu amanah dakwah, kader itu dengan rasa ikhlas dan penuh antusias melakukannya. Dalam setiap aktifitas tarbawi ia selalu 'menikmati' bukan terbebani.
Pasca perhelatan siyasi 2009, ruh kegairahan ini mutlak diperlukan. Tahun pertama dalam siklus perjuangan dakwah berarti tahun pembinaan; hari-hari di mana kita konsentrasi dalam aktifitas tarbawi, menguatkan kembali halaqah, tatsqif, daurah, dan sebagainya. Di samping untuk kader-kader yang telah bergabung sejak lama, waktu kita sekarang juga harus dimanfaatkan untuk melayani konstituen dengan memberikan hak tarbiyah pada mereka. Ini semua membutuhkan ruh kegairahan kader.
Yang lebih penting lagi, di penghujung mihwar muassasi ini kader-kader dakwah harus lebih bersemangat dan bergairah dalam beribadah kepada Allah SWT. Untuk apakah dakwah kita selama ini jika bukan untuk menggapai ridho-Nya? Apakah kebaikan yang akan kita dapatkan jika kita sendiri telah kehilangan ruh semangat dan kegairahan bertaqarrub kepada Allah Azza wa Jalla?
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139) إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (140) [آل عمران/139، 140]
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim. (QS. Ali Imran : 139-140)
Membangkitkan Semangat Inisiatif (تشجيع المبادرة)
Ikhwah fillah hafidzakumullah,
Tidak semua rencana kita bisa berjalan 100%. Tidak semua yang terjadi dan dilalui dakwah sesuai dengan langkah-langkah yang telah diprediksi sebelumnya. Tidak semua antisipasi jamaah mampu meng-cover segala yang datang di masa mendatang. Karenanya, semangat inisiatif mutlak diperlukan. Dan ini perlu dilatih untuk bisa dimiliki oleh kader-kader dakwah.
Terlebih saat dakwah kita telah bersentuhan langsung dengan ranah politik. Dinamika perpolitikan yang tidak terduga kerap terjadi. Tidak mungkin semuanya bisa diprediksi secara tepat dan disiapkan langkah menghadapinya step by step. Tanpa kemampuan inisiasi, kader-kader dakwah kita akan gagap setiap menghadapi masalah baru dan hal-hal di luar dugaan. Inilah mengapa setiap kader dakwah, juga harus menyediakan ruang ketidakterdugaan dalam dirinya.
Inisiatif ini tidak hanya diperlukan dalam konteks amal siyasi. Dalam setiap amanah dakwah yang diemban kader, sering kali ada tuntutan untuk melakukan inisiasi. Misalnya ketika seorang kader dimanahi sebagai panitia daurah sementara muwajjih yang sudah tiba jadwalnya belum juga datang. Jika tidak memiliki inisiatif, peserta bisa bosan karena dibiarkan tanpa kegiatan. Itu memerlukan inisiatif kader untuk memanfaatkan waktu tersebut atau mengganti muwajjih jika memang berhalangan tetap. Demikian pula dalam aktifitas halaqah; jika murabbi tidak juga datang sementara hp-nya tidak bisa dihubungi, perlu inisiatif para mutarabbi untuk memulai halaqah dengan barnamaij yang telah disepakati bersama. Demikian juga jika dalam sebuah struktur ketua bidang tidak juga mau mengaktifkan syura dan programnya, staf-nya perlu mengambil inisiatif untuk mendorongnya agar syura dan program-program diaktifkan kembali.
Ikhwah fillah,
Inisiatif ini harus dimiliki oleh kader dakwah. Sudah bukan saatnya lagi kader dakwah diam menunggu ta'limat lalu waktunya berlalu begitu saja, tanpa ada manfaat bagi umat. Inisiatif harus dikembangkan; selama tidak bertentangan dengan syariat dan tsawabit dalam jamaah serta berbasis maslahat.
Lihatlah betapa dakwah menuai banyak manfaat dari inisiatif kader-kadernya. Saat Perang Badar, Habab bin Al-Mundzir mengambil inisiatif dan menyampaikannya kepada Rasulullah agar pasukan Islam mengambil posisi di dekat mata air badar. Inisiatif ini membawa kontribusi bagi kemenangan perang badar! Pun saat Perang Ahzab, Salman Al Farisi mengambil inisiatif dan mengusulkannya kepada Rasulullah agar membuat khandaq (parit). Perang ini pun dimenangkan oleh umat Islam dan ia dikenal dengan Perang Khandaq.
Inisiatif merupakan satu langkah maju dalam rangka i'daadul quwwah; menyiapkan dan membangun kekuatan Islam.
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ [الأنفال/60]
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. (QS. Al-Anfal : 60)
Membangun Jiwa Tanggung Jawab (بناء روح المسؤولية)
Ikhwah fiddin yahdiikumullah,
Kader-kader pilihan adalah mereka yang juga membangun jiwa tanggung jawab dalam dirinya. Kader sejati bukanlah mereka yang selalu menghindari amanah; dan pada saat yang sama juga tidak berambisi mengemban amanah! Sikap pertengahan yang harus diambil; siap menjalankan segala amanah, siap melaksanakan setiap tanggungjawab yang dipercayakan jamaah.
Mihwar daulah yang sebentar lagi kita masuki membutuhkan banyak kader-kader dakwah yang teruji kepemimpinan dan tanggungjawabnya di segala ranah kehidupan. Dakwah membutuhkan kader-kader yang siap mengemban tanggungjawab di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun dakwah juga tidak boleh kekurangan kader yang berperan memikul tanggung jawab pada amal thulabi, amal niqabi, dan amal mihani. Semua kader, tidak boleh tidak, harus mau dan mampu mengambil tanggung jawab sesuai kapasitasnya. Tapi semuanya harus terlibat dalam tanggungjawab menolong agama Allah, sebagaimana para hawariyyin telah mengambil tanggungjawab itu dan mendeklarasikannya di hadapan Nabi dan qiyadah mereka; Isa Al-Masih.
فَلَمَّا أَحَسَّ عِيسَى مِنْهُمُ الْكُفْرَ قَالَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ آَمَنَّا بِاللَّهِ وَاشْهَدْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ [آل عمران/52]
Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS. Ali Imran : 52)
Membangun Semangat Pengorbanan (بناء روح البذل والتضحية)
Ikhwah fillah,
Karakter lain yang harus ada pada kader-kader pilihan adalah semangat berkorban (At-Tadhiyyah). Perjuangan dakwah pasti membutuhkan pengorbanan. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Pengorbanan itu bisa berupa pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan nyawa. Sementara perjuangan tertinggi –jihad fii sabiilillah- mengharuskan kombinasi pengorbanan semua hal itu.
Jika dalam mengarungi dakwah ini kita belum berkurban, maka peran kita dalam dakwah perlu dipertanyakan. Bahkan, pengorbanan (at-tadhiyah) merupakan salah satu rukun baiat (arkanul baiat) yang disyaratkan Hasan Al-Banna bagi kader-kader dakwah. Tentu saja, pengorbanan yang diterima Allah SWT adalah pengorbanan yang ikhlas, dari hamba-hamba-Nya yang bertaqwa.
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ [المائدة/27]
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al-Maidah : 27)
Pengorbanan di jalan dakwah merupakan konsekuensi perjuangan Islam. Dan jika dengan keikhlasan kader dakwah mengorbankan diri dan hartanya, inilah transaksi yang akan dibeli Allah dengan surga-Nya.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة/111]
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah : 111)
Meningkatkan Potensi Diri (ترقية الطاقة الذاتية)
Karakter kelima bagi kader-kader pilihan adalah meningkatkan potensi diri (Tarqiyyah Ath-Thaqah Adz-Dzaatiyah). Setiap ikhwah –sebagaimana manusia umumnya- adalah pribadi yang unik. Masing-masing memiliki potensi yang tidak seragam. Ada yang potensinya pada seni. Ada yang potensinya terletak pada bidang komunikasi. Ada yang potensinya pada bidang teknik, ekonomi, dan sebagainya. Potensi-potensi ini harus dikembangkan. Kalaupun saat ini baru disadari potensinya tidak sesuai dengan profesi yang digeluti, ia bukan halangan untuk dikembangkan.
Karenanya dalam trabiyah sering terjadi perputaran amanah, restrukturisasi, dan sebagainya. Sebenarnya, selain menyegarkan semangat dan menguatkan ketaatan pada jamaah dan qiyadah, proses itu juga dibutuhkan untuk mengetahui potensi ikhwah. Jangan-jangan ada potensi tersembunyi yang selama ini tidak pernah tersentuh. Karenanya kita dapatkan, seseorang yang kurang berhasil sebagai bendahara, berkembang sangat cepat justru setelah ia ditunjuk sebagai ketua. Ternyata potensinya adalah memimpin orang; bukan mengatur uang! Demikian pula banyak orator handal yang kita temukan dalam jamaah dakwah ini saat mereka ditunjuk secara tiba-tiba menggantikan orator yang berhalangan.
Jangan sampai kita mengulangi kesalahan penduduk Madyan yang memiliki potensi kebaikan, namun ia terpendam dan tidak pernah dikembangkan.
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ وَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِنِّي أَرَاكُمْ بِخَيْرٍ وَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُحِيطٍ [هود/84]
Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (QS. Huud : 84)
Semoga kita mampu menumbuhkan lima karakter kader pilihan dalam diri kita sehingga langkah kita semakin mantap dalam menyambut mihwar daulah, dan hanya kepada Allah kita mengharapkan rahmat, taufiq, dan hidayah. Wallaahu a'lam bish shawab. [sumber: E-Book Taujih Pekanan Menuju Mihwar Dauli]